Pemrakarsa Pendukung Foto Artikel Links Tujuan Contact us HOME

PRESS RELEASE


PRESS RELEASE

FORUM 29 APRIL 2010

Gerakan Peduli Pluralisme (GPP)

"PLURALISME dalam
ANCAMAN KEKERASAN"

Contact Person: Damien Dematra
(Koordinator Nasional Gerakan Peduli Pluralisme)
E-mail: damiendematra@gmail.com
www.gerakanpedulipluralisme.com


Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 12 propinsi di tanah air pada tahun 2009 oleh SETARA Institute, terlihatlah goresan hitam dalam kehidupan bermasyarakat dengan adanya 200 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan yang mengandung 291 jenis tindakan. Tercatat 10 wilayah dengan tingkat pelanggaran tertinggi yaitu: Jawa Barat (57 peristiwa), Jakarta (38 peristiwa), Jawa Timur (23 peristiwa), Banten (10 peristiwa), Nusa Tenggara Barat (9 peristiwa), Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Bali masing-masing (8 peristiwa), dan selanjutnya Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur masing-masing (7 peristiwa).
Dari 291 tindakan pelanggaran kebebasan beragama/ berkeyakinan, terdapat 139 pelanggaran yang melibatkan negara sebagai aktornya, baik melalui 101 tindakan aktif negara (by commission), maupun 38 tindakan pembiaran yang dilakukan oleh negara (by omission). Adapun tindakan pembiaran berupa 23 pembiaran aparat negara atas terjadinya kekerasan dan tindakan kriminal warga negara dan 15 pembiaran karena aparat negara tidak memproses secara hukum atas warga negara yang melakukan tindak pidana.
Institusi negara yang paling banyak melakukan pelanggaran adalah kepolisian (48 tindakan), Departemen Agama (14 tindakan), Walikota (8 tindakan), Bupati 6 (tindakan), dan pengadilan (6 tindakan). Selebihnya adalah institusi-institusi dengan jumlah tindakan di bawah 6 tindakan.
Pelanggaran kebebasan beragama/ berkeyakinan di tahun 2009 paling banyak masih menimpa Jemaat Ahmadiyah (33 tindakan pelanggaran), individu (16 tindakan), dan Jemaat Gereja (12 tindakan), di mana pelanggaran yang berhubungan dengan Ahmadiyah antara lain meliputi upaya pembakaran masjid, intoleransi, dan pembatasan akses untuk melakukan ibadah; individu yang menjadi korban umumnya adalah korban penyesatan; sedangkan Jemaat Gereja mengalami pelanggaran dalam bentuk pelarangan pendirian rumah ibadah, pembubaran ibadah dan aktivitas keagamaan, dan intoleransi
Akhir-akhir ini dengan berbagai peristiwa seperti pembubaran paksa konferensi trans-gender di Surabaya, kasus Mbah Priok, dan terakhir kasus pembakaran dan perusakan di Cisarua telah menunjukkan adanya pembiaran terhadap penggunaan kekerasan dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Melihat fakta-fakta di atas, maka Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) mengambil inisiatif untuk mengadakan forum pluralisme untuk membahas masalah ini dengan menampilkan pembicara Bpk. Benny Harman (Ketua Komisi III DPR), Bpk. Slamet Effendi (Ketua Nahdlatul Ulama), Prof. Jallaludin Rahmat (Cendekiawan muslim), dan Romo Benny Susetyo (Konferensi Waligereja Indonesia dan Sekretaris SETARA), Damien Dematra (Kornas GPP) dengan Fadjroel Rachman sebagai moderator.

Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) adalah sebuah gerakan yang bervisi menciptakan kesadaran dan kepedulian terhadap pluralisme dalam masyarakat, khususnya pada generasi penerus dan memiliki misi untuk menjadikan pluralisme sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat. Program tahun 2010 yang diusungnya adalah: forum diskusi tentang pluralisme secara berkala, perlombaan esai tentang pluralisme di lingkungan masyarakat lokal, perlombaan menggambar tentang pluralisme, pembuatan iklan layanan masyarakat untuk mensosialisasikan peduli pluralisme, penerbitan buku-buku tentang pluralisme bekerjasama dengan Gramedia, pembuatan film dokumenter tentang pluralisme, dan pengumpulan satu juta pendukung Gerakan Peduli Pluralisme.
Gerakan ini diinisiasi pasca wafatnya Gus Dur, di PP Muhammadiyah Jakarta, tanggal 11 Februari 2010, bersamaan dengan diluncurkannya novel Si Anak Kampoeng yang terinspirasi kisah hidup Buya Ahmad Syafii Maarif, karya Damien Dematra. Dalam pidatonya, Damien Dematra sekaligus mencetuskan ide Gerakan Peduli Pluralisme dan langsung mendapat apresiasi dan dukungan spontan. Pemrakarsa gerakan ini adalah Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, KH. A. Mustafa Bisri, Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, MA, Dr.KH. Said Agil Siroj, KH Masdar Farid Masudi, Bikkhu Pannyavaro Mahathera, Sudhamek AWS SE, SH, Prof. Drs. H. Abdul Malik Fadjar, Yahya Muhaimin, Mgr. I Suharyo, Mgr. Johannes Pujasumarta, Pdt. Dr Andreas. A. Yewangoe, Budi Tanuwibowo, Anita Wahid, Umar Wahid, Sofyan Wanandi, Hajriyanto Y Thohari, St Sularto, Romo Franz Magnis Suseno, Drs. Nyoman Udayana Sangging, SH,MM, Dr.KH. Nuril Arifin.HSN.MBA, Rm. Mudji Sutrisno SJ, Mohamad Sobary, Eddie Lembong, Prof. Azyumardi Azra, dan tokoh-tokoh lainnya.

Nama-nama pemrakarsa Gerakan Peduli Pluralisme selengkapnya dapat dilihat di: http://www.gerakanpedulipluralisme.com/pemrakarsa.htm. Pada saat ini, gerakan ini telah memiliki sekitar kurang lebih 6000 anggota.

 

Mari Bergabung